melukiskan wajahmu lagi,
dengan getar yang berbeda
untuk ke sekian kalinya
dalam goresan yang membuatku sendiri terpana
;masihkah dirimu ini?...
ah! sudahlah, aku tak akan berulang
dalam mabuk kepayang,
sebab setelahnya aku sendiri yang terpasung
dalam pesona yang kureka sendiri melalui bayang-bayang
menuliskan namamu lagi,
dengan debar yang berbeda
untuk ke seribu kalinya
di tiap tekanan yang menggiringku dalam kepengecutan
;bukankah telah usai?...
ah! biarlah, aku tak akan bergeming
dalam permainan fikir
sebab pada akhirnya semua hanya tentang kesempatan
lalu kemudian aku tak mendapatkan apa-apa
menyebutkan namamu lagi,
dengan ritma yang berbeda
untuk menuntaskan segalanya
dalam helaan yang membuatku sendiri begitu asing
;di manakah aku?...
ah! jauhlah jarak ke arahmu
dalam ketiadaan kuasa
sebab di tiap ujung batas-batas ini, aku bersembunyi
lalu mencumbuimu dalam riasan mimpi
dengan debar yang berbeda
untuk ke seribu kalinya
di tiap tekanan yang menggiringku dalam kepengecutan
;bukankah telah usai?...
ah! biarlah, aku tak akan bergeming
dalam permainan fikir
sebab pada akhirnya semua hanya tentang kesempatan
lalu kemudian aku tak mendapatkan apa-apa
menyebutkan namamu lagi,
dengan ritma yang berbeda
untuk menuntaskan segalanya
dalam helaan yang membuatku sendiri begitu asing
;di manakah aku?...
ah! jauhlah jarak ke arahmu
dalam ketiadaan kuasa
sebab di tiap ujung batas-batas ini, aku bersembunyi
lalu mencumbuimu dalam riasan mimpi